Hampir tiga minggu, namun belum ada
satu pesan pun masuk dalam inbox aku
dari Dio. Aku benar-benar sangat merindukannya. Aku tak mengerti apa yang
sedang diincarnya, tapi ia seperti memberikanku harapan kosong. “Datang tak di jemput, pergi tak di antar”
Dia benar-benar seperti jelangkung.
“Woiiii,” teriak Tania mengejutkanku.
“Apaan sih? hobby banget deh ngejutin
aku,” ucapku sewot.
“Sorry.. heheh.. Eh, kenalin ini teman
aku, namanya Sella,” ucap Tania memperkenalkan temannya.
“Hi.. Aku Yezzy,” ucapku dan
mengulurkan tangan kepadanya.
“Aku Sella,” ucapnya sambil tersenyum.
Sella merupakan salah satu teman Tania
yang belajar di Fakultas Ekonomi. Sella sangat baik dan asik untuk diajak
ngobrol. Satu jam 28 menit kami berbincaang-bincang. Tiba-tiba sebuah Jazz
putih berdiri tepat dihadapan kami. Sella langsung berdiri dan membereskan
tasnya. Seorang lelaki berkemeja setengah lengan dan menggunakan jeans biru tua
keluar dari mobil tersebut. Ternyata itu tak lain adalah Dio. Dadaku sesak, aku
benar-benar tak bisa berkata-kata.
“Eh Yezzy, kok disini?” tanyanya tanpa
rasa bersalah.
“Eh aku lupa, aku harus jemput mama di
rumah kakek, duluan ya,” ucapku dan menghilang dari pandangan mereka.
Ternyata Dio dan Sella sudah memiliki
hubungan sejak 3 tahun silam. Dia benar-benar telah membuatku hancur. Ia sama
saja dengan lelaki lain, tanpa perasaan. Berbagai pertanyaan muncul dari otakku
yang kini tak lagi bisa berpikir jernih. Apa maksud dari perhatiannya selama
ini? Apa yang sedang direncanakannya? Kenapa harus aku korbannya?
***
BERSAMBUNG....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar