Hujan menguyurku, tapi itu tak
menyurutkan niat untuk bertemu Dio.
“Permisi,” teriakku sesampai dihadapan
kantornya Dio. Sebenarnya ia tak hanya aktivis mahasiswa, namun ia juga sudah
terbiasa hidup mandiri dengan bekerja di sebuah Lembaga yang bergerak dibidang
kesenian. Dia mahir melukis juga lho.Tiba-tiba handphone genggam milikku berbunyi, ternyata pesan dari Dio.
“Kalau udah sampai, tunggu sebentar
ya, aku OTW,”
Setelah membaca pesan singkat darinya,
aku memutuskan untuk menunggu di sebuah kursi panjang yang terbuat dari rotan
yang bercat kecoklatan. Tiba-tiba seorang perempuan menghampiriku.
“Eh ada tamu, kok diluar aja sih, ayo
masuk,” ajaknya.
“Nggak apa-apa kok, aku lagi nunggu
Dio,” ucapku sambil tersenyum.
“Oh, pacarnya Dio ya?” tanyanya
bersemangat.
“Nggak nggak... bukan kok. Aku
kawannya,” jawabku cepat.
“Oooh.. ya udah kalau gitu, aku duluan
ya,” pamitnya
“Iyaaa,” jawabku sambil menghembus
nafas panjang.
Sepuluh menit kemudian, akhirnya Dio
muncul dengan mobil Jazz putih. Dia memarkirkan mobilnya dan menyapaku.
“Udah lama yaa?” tanyanya.
“Lumayan,” jawabku singkat.
“Waduh, sorry banget ya udah
ngerepotin,” ujarnya.
“Nggak apa-apa, santai aja, kan aku
udah janji sama kamu,” jawabku sambil tersenyum.
“Ya udah, ayo masuk,” ajaknya.
Kami memasuki sebuah ruangan dimana
tanpa kursi dan meja layaknya ruang kerja, ternyata itu merupakan ruang santai
yang hanya beralas karpet biru tua dan sebuah sofa panjang yang bewarna merah
tua dengan kombinasi gambar rencong bewarna coklat muda.
“Ini,” ujarnya sambil menyodorkan
sebuah handuk berukuran sedang yang bewarna biru dengan kombinasi gambar monyet
lucu didepannya.
“Thanks,” ujarku.
Ia juga menyodorkanku jaket hitam
milikinya.Satu jam kami bercakap-cakap, namun aku belum juga menemukan apa
maksudnya menyuruhku menemuinya.
“Sebenarnya kamu mau minta tolong apa
sih?” tanyaku memotong cerita panjangnya itu.
“Aku mau melukis wajahmu,” ucapnya
singkat sambil menatapku dalam.
Sebenarnya aku tak begitu mengerti,
mengapa ia memintaku untuk menjadi model dalam lukisannya kali ini, tapi jujur,
mukaku bak cabai merah siap panen, jantungku juga berdetak lebih cepat dari
biasanya. Aku benar-benar salah tingkah dibuatnya.
“BTW, kenapa aku?” tanyaku sambil menatapnya.
“Ayo,” ucapnya menarik tanganku, tanpa
menghirau pertanyaanku itu.
Aku hanya terdiam melihat tingkahnya
dan mengikuti setiap aba-abanya. Aku juga tak mengerti mengapa aku begitu bodoh
mengikuti setiap perintahnya.
”Aku mau pulang,” ucapku tiba-tiba.
“Jangaaaan,”
“Kenapa?” tanyaku mengerutkan dahi.
“Kamu nggak mau lihat-lihat lukisan
disini dulu? Ayoo.. aku tunjukin,” ajaknya bersemangat.
Sebenarnya aku ingin segera pulang
karena aku udah janji sama mama untuk mengantarkannya ke dokter, merasa nggak
enak, akhirnya aku memutuskan untuk melihat-lihat lukisan itu hanya beberapa menit
saja.
“Aku suka banget lukisan yang ini,”
tunjukknya pada sebuah lukisan wanita berhijab yang sedang menadahkan tangannya
seraya berdoa.
“Iyaaa, bagus lukisannya,” ucapku
sambil menyentuk lukisan tersebut.
Tak lebih dari sepuluh menit menikmati
lukisan-lukisan tersebut, akhirnya aku berpamitan kepadanya. Dia mengantarkanku
ke depan dan berterima kasih kepadaku karena telah membantunya menjadi model
dalam lukisannya. Aku hanya tersenyum. Aku tak mengerti apa yang sedang ku
rasakan saat itu.
***
Dikampus...
“Woiiii... kok bengong aja sih?” tanya
Tania.
“Iiiih, ngagetin aja deh, ada apaan
sih?” tanyaku sewot.
“Tadi SMS aku minta ditemenin, eh
sekarang malah nanya ada apa, aneh banget sih kamu sekarang?” tanyanya heran
dengan tingkah aku belakangan yang tak menentu.
“Oh iyaa,lupa, sorry sorry, hehehe,”
ujarnya sambil nyengir.
“Kamu kenapa sih, kayaknya belakangan
ini sering aneh gitu deh,” tanyanya sambil menatapku.
“Nggak perlu ngelototin aku gitu juga
kali Tan. Iya iyaaa, aku ceritain deh,” ujarku.
Hampir dua jam Tania mendengarkan
ceritaku mengenai Dio. Sesekali ia menggarukkan kepalanya, pertanda ia sedang
kebingungan. Ia juga meresponya dengan sangat baik dan mendukung perasaan yang
sedang melandaku saat itu.
“Waaaah.. akhirnya seorang pangeran
Dio bisa membukakan hatimu kembali setelah 8 tahun tertutup,” ucapnya
kegirangan.
“Yaaa gitu deh, hehehe.”
***
BERSAMBUNG....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar