Jumat, 12 Mei 2017

Aku dan Batu Nisan


Saat pertama kali membaca  ‘Pameran Batu Nisan’ dari akun instagram seorang teman, otak ini tidak berhenti mengeluarkan berbagai macam pertanyaan? Mulai dari konsep acara hingga pada autentik batu nisan itu sendiri. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk datang dan menyaksikan langsung pameran tersebut. Awalnya saya berencana untuk berangkat bersama beberapa teman lembaga, namun karena kesibukan mereka yang begitu padat, akhirnya saya memutuskan untuk menghadiri pameran tersebut sendirian demi mengobati rasa penasaran saya.  
Pameran khusus mengenal batu nisan Aceh sebagai warisan budaya di Asia Tenggara ini merupakan acara yang diadakan oleh Museum Negeri Aceh yang bekerjasama dengan Mapesa (Masyarakat Peduli Sejarah Aceh). Acara ini diadakan mulai dari tanggal 9-16 Mei 2017 bertempat di Museum Aceh, Banda Aceh.
Sekitar 12 batu nisan dipajang di dalam ruangan dan 8 lainnya dipamerkan di luar ruangan. Batu nisan yang dipamerkan di pameran tersebut merupakan batu orisinil. Batu-batu tersebut merupakan batu yang diselamatkan oleh Mapesa dari tempat-tempat yang telah digusur, yang kini sudah berpondasi bangunan kokoh. Selain itu juga terdapat poster dan gambar nisan mewakili setiap zamannya yaitu Samudra Pasai, lamuri, dan Aceh Darussalam.  Kebanyakan dari batu-batu tersebut merupakan batu nisan Aceh Darussalam. Berikut beberapa contoh batu nisan:
Batu nisan Anonim, pada penghujung abad-16 Masehi. Ditemukan di gampong Pango Raya, Banda Aceh pada tahun 2015

Batu nisan anonim pada periode abad 18-19 Masehi.
Ditemukan di gampong Pango Raya, Banda Aceh pada tahun 2015.


Batu nisan Bertarikh wafat pada 944 Hijriah(1537 Masehi).
Ditemukan di gampong Pango Deah, Banda Aceh pada tahun 2012.






Batu nisan Lamori abad ke-13 bentuknya cenderung kerucut atau disebut juga dengan batu nisan Plangpleng. Tipe batu nisan ini merupakan tipe peralihan dari pra-Islam ke Islam. Bentuknya sederhana dan unik karena menyerupai lingga atau menhir.

Selain itu, ada yang menarik bagi saya pribadi yaitu tentang batu nisan dan kisah Raja Kanayan yang hidup pada masa kerajaan Samudra Pasai. Berdasarkan inskripsi batu nisan yang telah ditemukan, CISAH (Tim Central informationfor samudra pasai heritage) meyakini bahwa salah seorang panglima perang yang ditakuti oleh musuhnya pada masa Samudra Pasai abad ke-15 adalah Raja Kayanan. Raja kanayan juga dikenal sebagai panglima perang laut yang lihai dan pemberani. Ada banyak kapal musuh yang berhasil ditenggelamkan olehnya, sehingga musuhnya mengatakan bahwa Raja Kanayan merupakan musuh yang tidak pernah terdamaikan karena telah berani menelan banyaknya kapal musuh. Terkait batu nisannya sendiri, pihak panitia tidak memajangnya, namun hanya menampilkan gambar dan deskripsinya saja dikarenakan nisan dan makamnya masih berada di komplek makam kuno di Gampoeng Ujong, Kecamatan Samudra, Kabupaten Aceh Utara, Provinsi Aceh. Makam tersebut ditemukan pada tahun 2009 silam oleh seorang peneliti sejarah islam.
 
Contoh gambar batu nisan Raja Kanayan
(wafat 872 H/1468 M)

Jika dilihat dari segi kaligrafi, beberapa nisan, termasuk batu nisan Raja Kanayan menggunakan perpaduan dari beberapa khat sehingga diberi nama Khat Syumtra, khat ini hanya ada di Aceh atau dengan kata lain kaligrafi ini merupakan khas pada batu nisan Aceh.

Sekian dulu cerita tentang nisannya ya. Semoga malam ini saya bisa tidur dengan nyenyak setelah kecapean muter-muter pameran batu nisan sendiri, plus selfie sama salah satu nisan yang menurut saya kaligrafinya cantik dan unik, Heheeee

Salah satu pemandu sedang menjelaskan tentang sejarah Malik Alawuddin

Pengunjung yang sedang berdiskusi dengan salah satu pemandu

Selfie bareng masykur, pemandu dan juga anggota Seuramoe Budaya


Batu nisan yang dipamerkan di luar ruangan


Pengunjung asal Jakarta yang sedang mengabadikan moment liburannya

Aku dan Batu nisan, Hahaaaaaa
Sumber: 
1. Pihak Panitia atau pemandu yang bertugas
2.http://misykah.com/sesosok-panglima-perang-yang-sangat-ditakuti-musuh-pada-zaman-samudra-pasai/


4 komentar: