Rabu, 17 Juli 2013

Is It Love?

Hujan menguyurku, tapi itu tak menyurutkan niat untuk bertemu Dio.

“Permisi,” teriakku sesampai dihadapan kantornya Dio. Sebenarnya ia tak hanya aktivis mahasiswa, namun ia juga sudah terbiasa hidup mandiri dengan bekerja di sebuah Lembaga yang bergerak dibidang kesenian. Dia mahir melukis juga lho.Tiba-tiba handphone genggam milikku berbunyi, ternyata pesan dari Dio.
“Kalau udah sampai, tunggu sebentar ya, aku OTW,”

Setelah membaca pesan singkat darinya, aku memutuskan untuk menunggu di sebuah kursi panjang yang terbuat dari rotan yang bercat kecoklatan. Tiba-tiba seorang perempuan menghampiriku.
“Eh ada tamu, kok diluar aja sih, ayo masuk,” ajaknya.
“Nggak apa-apa kok, aku lagi nunggu Dio,” ucapku sambil tersenyum.
“Oh, pacarnya Dio ya?” tanyanya bersemangat.
“Nggak nggak... bukan kok. Aku kawannya,” jawabku cepat.
“Oooh.. ya udah kalau gitu, aku duluan ya,” pamitnya
“Iyaaa,” jawabku sambil menghembus nafas panjang.

Sepuluh menit kemudian, akhirnya Dio muncul dengan mobil Jazz putih. Dia memarkirkan mobilnya dan menyapaku.
“Udah lama yaa?” tanyanya.
“Lumayan,” jawabku singkat.
“Waduh, sorry banget ya udah ngerepotin,” ujarnya.
“Nggak apa-apa, santai aja, kan aku udah janji sama kamu,” jawabku sambil tersenyum.
“Ya udah, ayo masuk,” ajaknya.
Kami memasuki sebuah ruangan dimana tanpa kursi dan meja layaknya ruang kerja, ternyata itu merupakan ruang santai yang hanya beralas karpet biru tua dan sebuah sofa panjang yang bewarna merah tua dengan kombinasi gambar rencong bewarna coklat muda.
“Ini,” ujarnya sambil menyodorkan sebuah handuk berukuran sedang yang bewarna biru dengan kombinasi gambar monyet lucu didepannya.
“Thanks,” ujarku.
Ia juga menyodorkanku jaket hitam milikinya.Satu jam kami bercakap-cakap, namun aku belum juga menemukan apa maksudnya menyuruhku menemuinya.
“Sebenarnya kamu mau minta tolong apa sih?” tanyaku memotong cerita panjangnya itu.
“Aku mau melukis wajahmu,” ucapnya singkat sambil menatapku dalam.
Sebenarnya aku tak begitu mengerti, mengapa ia memintaku untuk menjadi model dalam lukisannya kali ini, tapi jujur, mukaku bak cabai merah siap panen, jantungku juga berdetak lebih cepat dari biasanya. Aku benar-benar salah tingkah dibuatnya.  
 “BTW, kenapa aku?” tanyaku sambil menatapnya.
“Ayo,” ucapnya menarik tanganku, tanpa menghirau pertanyaanku itu.
Aku hanya terdiam melihat tingkahnya dan mengikuti setiap aba-abanya. Aku juga tak mengerti mengapa aku begitu bodoh mengikuti setiap perintahnya.
”Aku mau pulang,” ucapku tiba-tiba.
“Jangaaaan,”
“Kenapa?” tanyaku mengerutkan dahi.
“Kamu nggak mau lihat-lihat lukisan disini dulu? Ayoo.. aku tunjukin,” ajaknya bersemangat.
Sebenarnya aku ingin segera pulang karena aku udah janji sama mama untuk mengantarkannya ke dokter, merasa nggak enak, akhirnya aku memutuskan untuk melihat-lihat lukisan itu hanya beberapa menit saja.
“Aku suka banget lukisan yang ini,” tunjukknya pada sebuah lukisan wanita berhijab yang sedang menadahkan tangannya seraya berdoa.
“Iyaaa, bagus lukisannya,” ucapku sambil menyentuk lukisan tersebut.
Tak lebih dari sepuluh menit menikmati lukisan-lukisan tersebut, akhirnya aku berpamitan kepadanya. Dia mengantarkanku ke depan dan berterima kasih kepadaku karena telah membantunya menjadi model dalam lukisannya. Aku hanya tersenyum. Aku tak mengerti apa yang sedang ku rasakan saat itu.

***
Dikampus...
“Woiiii... kok bengong aja sih?” tanya Tania.
“Iiiih, ngagetin aja deh, ada apaan sih?” tanyaku sewot.
“Tadi SMS aku minta ditemenin, eh sekarang malah nanya ada apa, aneh banget sih kamu sekarang?” tanyanya heran dengan tingkah aku belakangan yang tak menentu.
“Oh iyaa,lupa, sorry sorry, hehehe,” ujarnya sambil nyengir.
“Kamu kenapa sih, kayaknya belakangan ini sering aneh gitu deh,” tanyanya sambil menatapku.
“Nggak perlu ngelototin aku gitu juga kali Tan. Iya iyaaa, aku ceritain deh,” ujarku.
Hampir dua jam Tania mendengarkan ceritaku mengenai Dio. Sesekali ia menggarukkan kepalanya, pertanda ia sedang kebingungan. Ia juga meresponya dengan sangat baik dan mendukung perasaan yang sedang melandaku saat itu.
“Waaaah.. akhirnya seorang pangeran Dio bisa membukakan hatimu kembali setelah 8 tahun tertutup,” ucapnya kegirangan.
“Yaaa gitu deh, hehehe.”
***

 BERSAMBUNG....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar