Bermula dari pesan singkat dengan
menggunakan telpon genggam merek BlackBerry, lelaki berkulit sawo matang,
berbadan besar dengan tinggi 172 cm, dan berambut acak-acakan itu menyapaku.
Awalnya ia hanya berbasa-basi menanyakan identitasku, berlanjut kepada
kesukaanku, dan akhirnya memasuki ranah kehidupan pribadiku. Setiap hari ia
mengirimkan pesan singkat, yang menurutku tak begitu penting, dan itu juga yang
membuatku terkadang bermalas-malasan untuk membalas pesan singkatnya itu.
***
Suatu hari ia mengundangku kesebuah
workshop menulis yang diadakan oleh sebuah organisaasi luar negeri. Menulis
adalah hobby ku, dengan alasan itu pun aku tak kuasa menolak undangannya.
Walaupun kami berada di satu organisasi, disanalah pertama kali aku mengenali
wajahnya dengan jelas, tetapi ia mengaku sudah mengenaliku jauh hari sejak
pertama kali kami bergabung dalam satu organisasi mahasiswa di kampus.
“Yezzy,” teriaknya dan melemparkan
senyum maut.
“Manis juga ni cowok,” gumamku. “Hi..
Dio?” tanyaku meyakinkan.
“Iyaaaa.. masa kamu nggak kenal sih
dengan aku?” tanyanya, masih tersenyum.
“Sorry.. bukannya nggak kenal, mungkin
aku nya aja kali ya yang kurang pergaulan, hehehe,” jawabku nyengir.
“Ya udah ayo masuk,” ucapnya.
Ia mengiringiku kesebuah kursi yang berdekatan
dengan meja pemateri. Setelah mengantarku, ia pun berlalu. Aku tak tau
keberadaanya kini ,dan aku pun tak begitu memperdulikannya karena kembali
keniat awal yaitu ingin menambah wawasan tentang ilmu menulis.
“Assalamu’alaikum... Hi guys.. Thanks
for coming...................................”
Sebuah suara mengalihkan perhatianku
dari telpon genggam bermerek NOKIA milikku. Ternyata itu suara Dio. “Wow”
ternyata ia adalah salah satu panitia penyelenggara acara tersebut. Dengan
berbahasa Inggris seadanya, ia membuka acara tersebut dan sesekali ia menoleh
kearahku. Jantungku berdetak lebih kencang dari pada biasanya. Aku tak mengerti
perasaan apakah itu. Dua jam berlalu dan acara diakhiri dengan pembagian
sertifikat peserta.
“Makasih banget ya udah ngundang aku,”
ucapku sambil tersenyum.
“Iyaaa... mau langsung pulang?”
tanyanya.
“Iyaaa nih, aku udah janji sama orang
tua agar pulang lebih cepat hari ini,”
“Oke deh, hati-hati ya,” ujarnya
sambil mengantarka aku ke parkiran.
“Ni cowok baik banget sih, nganterin
aku ke parkiran segala lagi, hadeeeh, bikin deg-degan aja, huft,” gumamku.
***
Dua hari berlalu, ia tak ada kabar
seperti biasanya. Tak bisa ku pungkiri, aku memang mudah tertarik terhadap
laki-laki pintar seperti dia. Saat ini aku tak ingin mengatakan menyukainya,
tapi ia telah berhasil menarik perhatianku dengan menjadi moderator yang begitu
lincah tetapi bijak dan bisa berbahasa Inggris dengan baik. Tak hanya itu, ia
juga mempunyai hobby yang sama denganku, yaitu menulis. Tak seperti biasanya,
kali ini aku benar-benar berharap ia menyapaku, tetapi harapanku kandas setelah
aku menyadari bahwa waktu menunjukkan pukul 02.00 dini hari, dan aku harus
segera merebahkan badan karena miterm mata kuliah Structure 1 menanti.
***
“Dmn Zy? Boleh minta bantuanmu,”
Sebuah short message send (SMS) masu ke inbox telpon genggamku. Ternyata itu tak lain SMS dari Dio. Jujur,
kali ini aku tak begitu mengharapkannya.
“Apaan?” tanyaku
“Jumpai aku di kantor,” balasnya lagi
“Untuk apa?” tanyaku heran
“Aku tunggu jam 14.00,”
***
BERSAMBUNG.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar