Sabtu, 11 Mei 2013

Iseng-Iseng Nulis

Sumber: Google

Jam menunjukkan pukul 10.00. Mataku terus menerawang seluruh isi ruangan yang dipenuhi buku dan siswa-siswi Sekolah Dasar Negri 23 Semandang. Kini pandanganku tepat pada pojok kanan ruangan. Aku menemukan sosok itu. Hampir setiap hari ia mengunjungi perpustakaan saat istirahat tiba, walau hanya sekedar untuk melihat gambar dan menghitung jumlah gambar yang ada di dalam buku bacaan. Sesekali ia bertepuk tangan sambil tersenyum yang menandandakan ia sudah berhasil menghitung seluruh gambar.
            Manis. Cerdas. Berani. Ia ingin berkata-kata seperti teman-temannya tapi ia tak mampu. Ia juga ingin mendengar merdunya suara burung di pagi hari tapi ia tak berdaya. Akibat tuna rungu yang dideritanya sejak lahir, kini ia hanya bisa bungkam. Melihat gerak-geriknya seakan ia bocah cilik yang sempurna tapi tak ku sangka ia hanya seorang bocah berumur 10 tahun yang harus menerima kerasnya kehidupan dengan kekurangan yang dimilikinya. Semangatnya yang tinggi membuatku sadar apa arti kesempurnaan.
            “Bu… sudah bel, bukannya ibu ada jam sekarang?” ucap petugas pustaka, membuyarkan lamunanku.
            “Iya pak! Terima kasih,” ucapku dan berlalu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar