Jumat, 01 Juni 2012

Salah Baca Hasil Penilaian, PEKSIMIDA XI Ricuh


Banda Aceh – Acara Pekan Seni Mahasiswa (PEKSIMIDA) XI ricuh ketika pihak panitia melakukan kesalahan dalam pembacaan hasil penilaian dini hari sekitar jam 01.00 hingga 03.00, Kamis (1/6) di ruang Event Hall AAC dayan dawood. Universitas Teuku Umar (UTU) salah satu universitas yang mengikuti perlombaan tersebut protes keras terhadap panitia, menurut mereka panitia melalakukan kecurangan.

“Dia ada kongkalikongnya, masa dia yang menentukan pemenang, apaan? Siapa dia? Itukan yang menentukan juri. Juri mempunyai hak mutlak untuk memberikan nilai.,” ujar Putri Hadis salah satu peserta lomba tari yang mewakoli Universitas Teuku Umar, Meulaboh. Ia juga mengatakan Kasmaran (Ketua Panitia) mendatangi juri saat perlombaan tari sedang berlangsung. Mereka mempunyai rekaman berbentuk gambar sebagai bukti bahwa kasmaran pada saat itu memang benar mendatangi pihak juri, walaupun putri mengaku rekaman itu tidak ada suara karena diambil dari jarak yang jauh. “Pas juri masih disini pak kasmaran itu datang ke juri, pasti otomatis dengan percakapan lama nggak mungkin dia ngomong masalah lain, otomatis dia ngomong masalah penjurian, masalah nilai,” ujarnya dalam keadaan emosi.

Kericuhan yang dilakukan oleh beberapa mahasiswa mengakibatkan inventaris panitia rusak, seperti meja juri yang terbuat dari kayu yang diatasnya dilapisi kaca, pecah. Mereka juga mengambil spanduk, bunga, vas dan kursi ditumpukkan dalam satu tumpukan. Beberapa mahasiswa meneriakkan agar barang-barang tersebut dibakar, tapi hal itu tidak sempat terjadi.
Di atas panggung, Kasmaran terus berdiskusi dengan panitia yang membacakan hasil penilaian, beberapa menit kemudia panitia yang semula membacakan itu kembali mengulang membaca hasil penilaian, tetapi mahasiswa tambah ribut, mereka mengatakan ada indikasi kecurangan dalam penilaian. Karena mahasiswa tak bisa ditenangkan Kasmaran hendak keluar dari gedung AAC untuk mengamankan diri dari perlakuan anarkis mahasiswa, akan tetapi mahasiswa terus saja mengekori kemanapun ia pergi. Akhirnya Kasmaran pun mondar-mandir masuk keluar ruangan. Ia hendak menjawab setiap pertanyaan yang dilemparkan mahasiswa tetapi ia tidak diberikan kesempatan untuk berpikir dan menenangkan diri sejenak, mereka terus saja mengekori Kasmaran bahkan ada mahasiswa yang berani melemparinya dengan botol.

Suara teriakan terdengar jelas, mereka terus saja mencaci maki panitia, bahkan mereka berani mengeluarkan kata-kata kotor. Tak hanya kaum lelaki saja yang memperotes tetapi kaum perempuan juga tak ikut kalah berteriak dan menyorakkan panitia. Sejenak perhatian mahasiswa teralihkan karena ada seorang mahasiswa yang berasal dari IAIN Ar-Raniry membacakan sebuah puisi yang berjudul “amplop amplop” yang menceritakan tentang sogok menyogok.

Kericuhan yang kurang lebih hampir dua jam ini akhirnya redam ketika Rusli Yusuf (Pembantu Rektor III) mengambil alih untuk menenangkan mereka. Awalnya Rusli tidak mengerti dengan permasalahan yang timbul pada saat itu karena ia tidak berada di tempat saat permasalahan berlangsung. Rusli mencoba bertanya sedikit demi sedikit, keluhan pun keluar satu persatu dari mulut mahasiswa, bahkan salah satu dosen yang berasal dari Universitas Malikul Salhe (UNIMAL) juga ikut melontarkan penyataan tidak setuju dengan hasil penilaian yang dibacakan panitia.

Rusli mengajak mahasiswa untuk berdiskusi masalah ini, mereka membentuk lingkaran. Mahasiswa, ketua tim masing-masing universitas dan Rusli duduk membahas solusi dari permasalahan. Setelah kurang lebih delapan menit berumbuk, akhirnya Rusli mengambil keputusan bahwa tiga rangkaian lomba yang dipermasalahkan itu akan diproses lagi. Akhirnya mahasiswa dan ketua tim masing-masing menerima janji yang dilontarkan Rusli, ia berjanji dalam waktu tiga hari ini sudah ada keputusan, apakah akan dilanjutkan atau mereka akan membatalkan semua perwakilan untuk Pekan Seni Mahasiswa Nasional (PEKSIMINAS).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar