Pada suatu sore..
Wajah bocah itu masih melekat dalam ingatan,
berseri dan kegirangan.
Bermain dan kejar-kejaran dengan sang ombak.
Tak ada ketakutan dan keraguan,
ia menyatu dengan indahnya lukisan petang.
Sore itu..
Matahari enggan tenggelam,
walau purnama sudah kelihatan wujudnya.
Ia terus mengintip dibalik awan, lama.
Menanti laut menelan wajahnya,
agar bulan bisa menggantikan posisi kerjanya,
menebarkan kebahagian pada semua makhluk Tuhan
Bagaimana dengan bocah itu?
Apakah ia juga enggan untuk beranjak dari kedamaian pantai?
Bocah itu..
ia masih terlihat semangat,
walau sadar matahari tinggal sepertiga,
dan akan segera meninggalkannya.
Ia menatap sang matahari, lama.
Ada harapan besar dibalik bola mata bulatnya itu,
harapan untuk kembali bertemu dengan matahari.
Ia tersenyum sesaat,
memberikan isyarat akan keikhlasannya melepaskan sang pencerah
Siang berganti malam.
Bocah itu, penuh semangat mengayuhkan kakinya,
meninggalkan pantai dan seruan ombak yang saling bersahutan.
Ia membalikkan tubuh mungilnya ke arah pantai, lalu tersenyum, dan berteriak,
“Bersabarlah! Aku akan kembali untuk menjemputmu.”
Jogja, 1 November 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar