Suatu hari, Nurha mengirimkan publikasi acara yang diadakan
oleh ABDI (salah satu perusahaan yang menawarkan jasa layanan gangguan
pendengaran) bertemakan ‘Mengajarkan Komunikasi Verbal Pada Anak Gangguan
Pendengaran’. Ia meminta bantuanku untuk meneruskan pesan tersebut kepada
teman-teman atau kenalanku yang bekerja dibidang jurnalistik. Tanpa ragu aku
membalas pesan singkatnya “Aku mau ikut”.
Dia menjawab pesanku dengan memberitahuku bahwa acara itu hanya diikuti
oleh orangtua yang anaknya mengalami gangguan pendengaran. Tapi aku tetap
memaksa untuk ikut. Ia mengatakan akan mencoba minta izin kepada panitia, tapi
ia tidak dapat menjanjikan apa-apa karena itu merupakan seminar khusus untuk
komunitas ibu-ibu yang memiliki anak gangguan pendengaran. Dan bagaimanakah hasilnya?
Alhamdulillah panitia memperbolehkan aku untuk mengikutinya. Bahagia? Of course. Bahkan aku memutuskan untuk
kembali dari liburanku ke sabang lebih cepat agar dapat mengikuti acara
tersebut. Apa yang terjadi ketika aku menghadiri acara tersebut? Ketika itu,
Nurha telat datang, lalu aku memutuskan untuk masuk duluan. Saat pendaftaran
ulang, salah seorang bertanya “Ibu dari siapa ya?” Krik krik krik. Aku kaget.
Bingung harus menjawab apa, spontan aku langsung menjawab “tantenya Fatih”.
Panitia itu ikutan bingung. Lalu aku pun menjelaskan bagaimana aku bisa sampai
ke acara tersebut. Setelah mendengarkan penjelasanku, entah apa yang dipikirkan
panitia yang duduk di meja registrasi itu, I
don’t really care, yang penting aku bisa masuk dan duduk cantik di sana
sambil menunggu kedatangan Nurha.
Kurang lebih aku mengetahui sedikit tentang gangguan
pendengaran karena Nurha sering menceritakannya kepadaku, tapi kali ini aku
benar-benar ingin mengetahuinya lebih banyak lagi. Rasa penasaranku semakin
kuat. Aku ingin mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya tentang gangguan
pendengaran pada anak, sekurang-kurangnya ilmu untuk diriku sendiri karena hal-hal
yang selama ini aku anggap sepele ternyata bisa berdampak besar bagi sebuah
kehidupan manusia. Selain itu, aku juga ingin belajar bagaimana cara
mengajarkan komunikasi verbal pada anak gangguan pendengaran, terutama untuk
membantu kesembuhan Fatih. Mungkin ini tidak akan banyak membantu. Namun aku
berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat untuk diriku sendiri khususnya,
dan pembaca pada umumnya. Dalam tulisan ini aku akan sedikit berbagi
pengetahuan tentang deteksi dini pada anak gangguan pendengaran. Selamat
membaca!
***
Telinga merupakan panca indera yang sangat penting bagi semua
orang termasuk anak-anak. Jika panca indera tersebut tidak berfungsi dengan
baik, maka otomatis mereka tidak bisa mendengar. Selain tidak dapat mendengar, anak yang
mengalami gangguan pendengaran juga akan mengalami keterlambatan dalam
berbicara. Anak-anak mulai berbicara dari hasil pendengaran yaitu dengan meniru
suara yang didengarkannya. Namun jika mereka tidak dapat mendengar, bagaimana
mereka bisa mengetahui bahwa di dunia ini ada yang namanya bunyi atau suara?
Oleh karena itu, salah satu cara agar anak dapat berkomunikasi dengan baik ialah
dengan mendengar.
Ada beberapa faktor risiko terjadinya tuli pada bayi,
diantaranya; riwayat keturunan, infeksi saat hamil (toksoplasma, rubella,
herpes, sifilis, dll), lahir prematur (kurang dari 37 minggu), berat badan
lahir rendah (kurang dari 1500 gram), meningitis (penyakit kuning), asfiksia
(gangguan kesahatan pada bayi baru lahir yang mana tubuhnya terlihat lemah dan
mengalami gangguan pada pernafasan yang disebabkan oleh kekurangan oksigen
dalam tubuh si bayi), obat ototoksik (obat tertentu yang dapat menyebabkan gangguan
pendengaran), dan lain sebagainya.
Sebagaimana dilansir dari detik health, menurut Badan
Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia mendapatkan peringkat kelima tertinggi angka
ketulian di dunia, yaitu 1 - 6 dari 1000 bayi mengalami tuli sejak lahir. Beberapa
rumah sakit di Indonesia sudah melakukan skrining pendengaran sejak bayi usia 2
hari, salah satunya dengan menggunakan tes OAE (otoacoustic emissions) untuk
membantu deteksi dini pada bayi baru lahir, namun itu masih sangat minim,
sehingga deteksi dini pun masih sangat kurang. Ada 5 manfaat melakukan skrining
pendengaran sejak dini, yaitu: (1) membantu anak dan keluarganya melakukan penanganan
secara baik dan benar dalam mengatasi masalah gangguan pendengaran, (2) mengetahui
dan memahami kerusakan pendengaran segera mungkin, (3) membantu membangun komunikasi
efektif pada anak dengan orangtua, (4) mempersiapkan anak untuk sekolah biasa,
(5) menjadi anak menjadi orang berguna).
Ada beberapa gejala dan tanda gangguan pendengaran pada anak
yang dapat membantu kita untuk melakukan deteksi
dini; respon tergantung pada usia anak. Pertama, kita dapat mencurigai bayi
mengalami gangguan pendengaran jika respon yang diberikan oleh bayi seperti
berikut: (1) bayi tidak terkejut jika ada bunyi yang keras, seperti suara petir
atau bantingan pintu, (2) bayi tidak menoleh ke arah suara keras berasal, (3)
bayi tidak bisa mengatakan ‘dada’ atau ‘mama’ pada usia 1 tahun, (4) bayi tidak
menoleh ketika namanya dipanggil, (5) dll. Kedua, kita dapat melihat gejala dan
tanda yang berbeda pada anak yang lebih besar; (1) anak terlambat berbicara,
(2) anak bicara tidak jelas, (3) anak tidak mengikuti perintah yang kita
berikan, (4) anak menyalakan TV dengan volume yang besar, (5) dll. Jika anda
mendapatkan tanda-tanda seperti di atas, segera bawa anak anda ke dokter THT
terdekat untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Gangguan pendengaran pada anak bukan lah hal sepele yang dapat
kita saksikan begitu saja tanpa adanya intervensi, itu semua akan berdampak
pada kehidupan si anak itu sendiri. Misalnya, akibat gangguan pendengaran dapat
menyebabkan nilai sekolah menurun, terutama anak yang sekolah pada sekolah
umum. Tingkah laku anak di sekolah dan di rumah juga akan terlihat berbeda dari
anak pada umumnya. Selain itu, anak juga akan mengalami kesulitan dalam
beradaptasi di lingkungan pekerjaannya kelak. Oleh karena itu, peran orangtua
dalam menjaga dan mendidik anak sangatlah penting. Selain mengajarkan bahasa, anak
juga harus diajarkan moral dan disiplin. Dalam hal ini, salah satu cara untuk
mengajarkan anak yaitu dengan menggunakan Metode Inklusi Montessori.
*Tulisan selanjutnya saya akan menulis tentang Metode
Montessori.
Sumber:
- Hasil presentasi oleh Dra.Rina Jayani, Mont.Dipl
- Hasil diskusi dalam acara seminar “mengajarkan komunikasi verbal pada anak gangguan pendengaran”
- https://health.detik.com/berita-detikhealth/3886568/cegah-ketulian-kenali-faktor-risiko-pada-bayi-baru-lahir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar