Senin, 19 September 2011

Cees KeQtoe



Lisa, Amoy, Diyan dan Ling. Empat sekawan yang mempunyai karakter dan hoby yang berbeda. Amoy yang cuek, Diyan yang fashionable, Lisa yang suka ketawa dan Ling yang cerewet, bisa menyatu dalam ikatan cees keQtoe. Penyiar, penyanyi dan penulis. Itulah profesi yang kami geluti pada tahun 2010 lalu. Walaupun belum menjadi orang-orang yang profesional, tapi kami menekuninya dengan baik, sehingga waktu bersamapun menjadi hal yang sangat beharga disaat itu.
Pada tahun 2008 silam, kami dipertemukan di sebuah Universitas Negri yang menjadi dambaan semua siswa Aceh. Kami pun ditakdirkan untuk bersama. Hubungan yang sangat alami. Tanpa adanya perencanaan dan paksaan kami menyatu dalam balutan kasih persahabatan. Hari demi hari berjalan. Minggu demi minggu pun terlewati. Bulan demi bulan juga berlalu. Hingga dua tahun setengah kami masih tetap mempertahankan hubungan ini, walau begitu banyak masalah datang silih berganti.
Masalah demi masalah kami atasi. Pertengkaran juga sudah menjadi hal yang biasa. Hingga kerenggangan hubungan juga terjadi di tahun ke-3. Terasa begitu cepat itu semua bisa berubah. Bahkan aku tak percaya itu akan terjadi. Kesibukan masing-masing membuat kami tak punya waktu untuk bersama dan akhirnya lebur. Ku coba untuk bertahan, walau ku tau aku tak mampu berdiri sendiri, tapi aku terus mencoba. Aku sadar, perkataanku tak akan bisa mengubah keadaan, sehingga aku memutuskan untuk membuat sebuah tulisan di note facebook ku. Ya... walaupun mereka sangat sibuk, aku yakin mereka pasti sempat membaca note itu.
Setelah membaca note tersebut, hubungan kami pun menjadi lebih baik dari sebelumnya. Ada kesadaran disana. Juga ada perbaikan yang tak pernah ku duga. Tapi... sangat disayangkan. Ada yang hilang. Yaaa... kami kehilangan satu personil, yang tak lain adalah sahabat baikku sendiri. Dia lah yang setia menemaniku, dia juga yang selalu mendengar keluh kesahku, dia seakan telah menemukan hidup barunya bersama orang lain. Aku juga tak mengerti mengapa dia yang harus pergi, tapi setidaknya ia masih mau menjadi temanku, bukan sahabat. Meski begitu, ia juga masih mau meluangkan waktunya bersama kami, walaupun tak bisa kembali sepenuhnya. Tapi itu dulu, tepatnya pada semester VI yang lalu, sekarang dia kembali menyatu bersama kami lagi 
Kesalahpahaman. Keegoisan. Perdebatan, bahkan... Perperangan, semua terangkai dalam indahnya persahabatan. Perbedaan tak lagi menjadi alasan, ketika hati telah menyatu. Ketika seseorang bertanya padaku, apa yang kamu rasakan sekarang? Aku akan menjawab “aku bahagia bersama mereka.” Mereka lah orang-orang yang memberiku semangat. Mereka lah orang-orang yang membuatku menjadi sosok yang kuat. Mereka lah orang-orang yang mengajariku arti sahabat. Mereka lah yang menjadi kebanggaanku. AKU BAHAGIA. Sekarang!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar