Mission
Complete!!
Alhamdulillah…
praktik parenting berjalan dengan
mulus. Mbak Idha selaku murabbi ku sangat berbaik hati memberikan izin kepada
kami untuk membawa anaknya pergi dalam rangka praktik parenting. Kali ini jadwalku dan Nisa. Kami mengajak Asma (5 tahun)
dan Husna (3 tahun) bermain sambil belajar di Taman Pintar. Sebelum ke Taman Pintar Asma dan Husna
mengulang bacaan Al-Qur’an terlebih dahulu di rumah. Setelah membaca Al-Qur’an
selesai kami berangkat ke Taman Pintar menggunakan angkutan umum, kali ini kita
menggunakan becak dayung, agar perjalanan tambah seru, selain itu juga untuk
menjaga keselamatan anak-anak (kalau naik motor takutnya mereka rewel, kalau
mereka loncat siapa coba yang mau tanggung jawab? Wkwkwkwkwk).
Becak
dayung mendarat tepat di depan Taman Pintar. Kami segera turun dan membayar
bapak tukang becak, ia pun berpesan agar berhati-hati kepada kami (bapaknya
tahu sih itu bukan anak kami, hahaa). Kami memasuki wilayah Taman Pintar.
Bingung. Masih sepi. Sepertinya kami terlalu cepat. Akhirnya kami memutuskan
untuk membuat burung dari kertas orimagami. Ternyata itu tidak lah gampang
untuk anak-anak berumur 3 dan 5 tahun. Mereka menjadi bosan karena tingkat
kesulitan membuat burung bangau cukup menguras pikiran mereka. Akhirnya kami
memutuskan untuk makan eskrim. Mereka langsung meloncat kegirangan, tidak hanya
mereka aku juga ikut kegirangan mendengar nama eskrim, hahaaa. Asma
menginginkan eskrim yang diisi dalam gelas kecil, Husna pun ikutan. Mereka
menyantap eskrim dengan lahap. Beberapa menit kemudian, Husna tidak mau
menghabiskan eskrimnya, tapi ia menginginkan eskrim dalam corn. Aku mencoba
merayunya agar ia segera menghabiskan eskrimnya terlebih dahulu agar aku memberikan
yang satunya, tapi Asma tidak mau dan akhirnya merengek. Nisa ikutan merayu
tapi tidak berhasil juga. Tidak tahan melihat Asma merengek, akhirnya aku
memberikannya satu lagi, Husna pun ikutan. Jadilah aku yang menghabiskan eksrim
milik mereka berdua. Haduuuh! (padahal senang dapat tambahan eskrim, wkwkkwkw).
Setelah
makan ekrim, Asma meminta untuk melukis. Kami mengajak mereka ke loket tiket
dan membelikan tiket untuk dua bocah tersebut. Aku memberikan tiket untuk Asma
satu dan Husna satu agar menyerahkannya kepada petugas. Awalnya Asma menolak
dengan alasan tidak berani. “Anak pinter harus berani donk” Ucapku menggodanya.
Tidak perlu mengeluarkan jurus rayuan maut, akhirnya Asma bersedia menyerahkan
sendiri tiketnya kepada petugas rumah kerajinan tersebut, Husna pun ikutan.
Petugas memberikan beberapa pengarahan, dan keduanya pun larut dalam melukis
gerabah berbentuk ikan dan siput. Kami membiarkan Asma dan Husna berkreasi
sesuai selera mereka masing-masing, sesekali aku dan Nisa tertawa melihat
warna-warna yang diberikan mereka yang sangat mencolok. Misalnya badan siput
yang satu berbadan ungu dan satunya berbadan oren. Belum lagi bibir ikan yang
awalnya pink menyala, kemudian dicampur dengan ungu (ikannya kecentilan,
hahaa). Melihat mereka bermain rasanya menjadi hiburan tersendiri bagi kami.
Setelah
melukis, anak-anak mencuci tangan dan menerima gerabah lukis kreasi mereka
masing-masing dari petugas. Nisa bertanya permainan apalagi yang mereka
inginkan. Husna hanya tersenyum (ada kehangatan di balik senyuman Husna, aku
begitu menyukai senyuman itu). Lagi-lagi Asma yang menjawab, dia ingin melukis princess. Sayangnya permintaannya tidak
dapat terpenuhi karena tidak ada permainan yang seperti itu. Akhirnya kami
kembali ke loket untuk melihat apa yang bisa kami lakukan. Nisa dan anak-anak
menunggu di luar. Aku mencoba melihat permainan apa yang cocok untuk mereka.
Akhirnya aku memanggil Asma ke dalam dan bertanya apa yang diinginkannya. Aku
memberikan beberapa opsi dan dia memilih kreasi gerabah. Husna anak yang paling
manis, ia akan menurut apa saja yang dikatakan kakaknya. Seperti sebelumnya,
tiket sudah kuserahkan kepada masing-masing anak untuk diserahkan kepada
petugas; agar mereka mandiri dan terbiasa untuk berkomunikasi dengan orang
lain. Kami pun kembali ke rumah kerajinan, namun di gubuk yang berbeda.
Asma
bingung mau membuat kreasi seperti apa, akhirnya Nisa membantunya membuatkan princess. Lain halnya dengan Husna, dia
tidak mau menyentuh tanah tersebut dengan alasan bau. Aku hanya tersenyum
melihatnya dan membiarkannya bermain air di sebalah kakaknya. Awalnya nisa
melarang karena baju Husna mulai basah, tapi aku membiarkannya agar ia tidak
bosan menunggu kakaknya yang masih membuat princess.
Dalam membuat kreasi gerabah, Nisa ternyata cukup ahli. Awalnya aku mencoba
membantu Asma, namun akhirnya aku menyerah dan menyerahkannya penuh pekerjaan
tersebut kepada Nisa. Akhirnya aku mencuci tangan dan bermain dengan Husna.
Husna meminta untuk duduk di sebelahku. Kelihatannya Husna senang dengan jam
tangan milikku. Ia membukanya dari pergelangan tanganku dan meminta untuk dipakaikan
di pergelangan tangannya. Lagi-lagi dia tersenyum. Senyuman itu benar-benar
tulus, aku sangat menyukai itu. Setelah menyelesaikan kreasi gerabah, Nisa dan
Asma mencuci tangan. Kemudian aku mengajak mereka makan karena perutku sudah
sangat lapar, belum makan dari pagi. Di Foodcourt,
Asma bukannya mau makan nasi tapi minta dibelikan eskrim lagi. Akhirnya aku
membelikannya lagi eskrim. Aku juga membelikan nasi ayam untuk kami berempat.
Asma tidak menghabiskan eskrimnya. Ketika aku tiba, aku melihat dua eskrim tersebut
sudah di tangan Husna. Merasa kasihan aku mengambil satu dari tangannya. “Husna
habisin itu dulu ya,ini amah yang pegang,” ucapku. Dia hanya menurut dan
tersenyum. Matanya sudah mulai layu. Beberapa menit kemudian makanan pesanan
kami sampai. Ayamnya masih panas, sepertinya baru diangkat dari minyak goreng.
Nisa membantu Asma, dan aku membantu Husna makan. Asma sangat menyukai kulit
dari daging ayam. Kemudian Husna memberikan seluruh kulit ayam untuk kakaknya.
Aku terharu. Manis sekali kelakuan Husna. Gumamku dalam hati.
Asma
dan Husna. Adik kakak yang memiliki karakter yang berbeda. Kakaknya yang suka
ngambek, suka ngatur adiknya, tapi sangat sayang kepada adiknya dan juga sangat
pintar. Adiknya manis, lembut, penurut, dan juga pinter (nggak tau bagaimana
cara untuk mendeskripsikan bocah satu ini, begitu sempurna di mataku). Kini aku
mengerti bagaimana repotnya Mbak Idha mengurus dua buah hatinya itu. Keduanya
memiliki karakter yang berbeda dan tentunya harus diperlakukan berbeda pula.
Keduanya sangat asik untuk diajak bermain dan belajar. Kepolosan mereka membuat
kami tidak bisa menahan tawa. Walau hanya setengah hari tapi bermain bersama
kedua kakak beradik itu terasa begitu menyenangkan. Selama bersama mereka dunia
terasa milik kami berempat, orang lain di sekitar terasa tidak terlihat.
Setelah
makan, mandiin dan gantiin pakaian anak-anak, kami memutuskan untuk pulang, namun
Asma minta dibelikan cincin. Akhirnya kami mencarikan cincin untuk mereka
berdua, tapi cincin-cincin yang dijual tidak cocok dengan tangan mungil mereka.
Itu cincin giok orang dewasa. Aku dan Nisa mencoba menjelaskan dan akhirnya
mereka menurut dan kami pulang. Di rumah Mbak Idha, Nisa sholat zuhur terlebih
dahulu, aku sedang mendapatkan izin libur sholat dari Sang Pencipta. Husna yang
tadinya sudah mengantuk malah mengajakku bermain lagi di rumahnya. Disuruh
tidur sama pengasuhnya, dia menolak. Akhirnya pengasuhnya yang tidur dan kami
melanjutkan menonton tv. Keduanya minum susu yang telah disiapkan oleh
pengasuh. Aku mengelus rambut Husna dengan lembut dan berbisik “Husna, ammah
pulang ya,” Dia menoleh ke arah ku. Dia menggeleng lantas berkata “Jangan
pulang,” Mukanya merengek. Aku tersenyum dan berjanji akan datang lagi untuk
bermain dengan mereka. Asma masih asik menonton Upin dan Ipin. Kemudian Nisa
datang dan mengajak untuk pulang karena ia harus bimbingan tesis dengan sang
dosen. Aku membangunkan ‘Mamak’ (nama yang dipanggil anak-anak untuk
pengasuhnya). Kami berpamitan. Mamak, Asma dan Husna mengantar kami keluar.
Rasanya begitu berat untuk meninggalkan mereka berdua. Setengah hari yang
sangat menyenangkan bersama Asma dan Husna. Tidak perlu bersedih, ini bukan
perpisahan karena hari Minggu kami akan kembali ke rumah itu untuk menghadiri
undangan makan-makan dari Mbak Idha. Heheeee.. Sampai jumpa Asma. Sampai jumpa Husna.
Cepat tumbuh dan menjadi wanita sholeha seperti Ummi kalian.
|
Mamam eskim duyu yooo |
|
Ammah Linda lagi bantuin Husna melukis gerabah berbentuk siput |
|
Husna "Jangan diliatin doank donk Ammah, cepetan bantuin, huuuhhh" |
|
Kreasi gerabah bentuk princess karya Asma dan Nisa |
|
Abaikan muka serius Asma, huhuuuuu
|
Ayooo semangat kak bikin inces nya |
|
|
Princess-nya udah jadi nih |
|
Gaya apaan ini Asma dan Husna, hahaa |
|
Udah mandi, udah ganti baju, udah kece, siap untuk pulang |
|
Ammah ayo main lagi donk |
|
Jalan-jalan naik becak weng (becak dayung)
|
Las Vegas: Review for the Casino - JTG Hub
BalasHapusHere is my list of Wynn 밀양 출장안마 Slots.com 화성 출장샵 casinos with online games and bonuses. 익산 출장샵 보령 출장샵 Casino Games Online Vegas - Live 성남 출장안마 Blackjack, Roulette & more.