Banda Aceh – Acara
Pekan Seni Mahasiswa (PEKSIMIDA) XI ricuh ketika pihak panitia melakukan kesalahan
dalam pembacaan hasil penilaian dini hari sekitar jam 01.00 hingga 03.00, Kamis
(1/6) di ruang Event Hall AAC dayan dawood. Universitas Teuku Umar (UTU) salah
satu universitas yang mengikuti perlombaan tersebut protes keras terhadap
panitia, menurut mereka panitia melalakukan kecurangan.
“Dia ada kongkalikongnya,
masa dia yang menentukan pemenang, apaan? Siapa dia? Itukan yang menentukan
juri. Juri mempunyai hak mutlak untuk memberikan nilai.,” ujar Putri Hadis
salah satu peserta lomba tari yang mewakoli Universitas Teuku Umar, Meulaboh.
Ia juga mengatakan Kasmaran (Ketua Panitia) mendatangi juri saat perlombaan
tari sedang berlangsung. Mereka mempunyai rekaman berbentuk gambar sebagai
bukti bahwa kasmaran pada saat itu memang benar mendatangi pihak juri, walaupun
putri mengaku rekaman itu tidak ada suara karena diambil dari jarak yang jauh.
“Pas juri masih disini pak kasmaran itu datang ke juri, pasti otomatis dengan
percakapan lama nggak mungkin dia ngomong masalah lain, otomatis dia ngomong
masalah penjurian, masalah nilai,” ujarnya dalam keadaan emosi.
Kericuhan yang
dilakukan oleh beberapa mahasiswa mengakibatkan inventaris panitia rusak,
seperti meja juri yang terbuat dari kayu yang diatasnya dilapisi kaca, pecah.
Mereka juga mengambil spanduk, bunga, vas dan kursi ditumpukkan dalam satu
tumpukan. Beberapa mahasiswa meneriakkan agar barang-barang tersebut dibakar,
tapi hal itu tidak sempat terjadi.
Di atas panggung,
Kasmaran terus berdiskusi dengan panitia yang membacakan hasil penilaian,
beberapa menit kemudia panitia yang semula membacakan itu kembali mengulang
membaca hasil penilaian, tetapi mahasiswa tambah ribut, mereka mengatakan ada
indikasi kecurangan dalam penilaian. Karena mahasiswa tak bisa ditenangkan Kasmaran
hendak keluar dari gedung AAC untuk mengamankan diri dari perlakuan anarkis
mahasiswa, akan tetapi mahasiswa terus saja mengekori kemanapun ia pergi.
Akhirnya Kasmaran pun mondar-mandir masuk keluar ruangan. Ia hendak menjawab
setiap pertanyaan yang dilemparkan mahasiswa tetapi ia tidak diberikan
kesempatan untuk berpikir dan menenangkan diri sejenak, mereka terus saja
mengekori Kasmaran bahkan ada mahasiswa yang berani melemparinya dengan botol.
Suara teriakan
terdengar jelas, mereka terus saja mencaci maki panitia, bahkan mereka berani
mengeluarkan kata-kata kotor. Tak hanya kaum lelaki saja yang memperotes tetapi
kaum perempuan juga tak ikut kalah berteriak dan menyorakkan panitia. Sejenak
perhatian mahasiswa teralihkan karena ada seorang mahasiswa yang berasal dari
IAIN Ar-Raniry membacakan sebuah puisi yang berjudul “amplop amplop” yang
menceritakan tentang sogok menyogok.
Kericuhan yang
kurang lebih hampir dua jam ini akhirnya redam ketika Rusli Yusuf (Pembantu
Rektor III) mengambil alih untuk menenangkan mereka. Awalnya Rusli tidak mengerti
dengan permasalahan yang timbul pada saat itu karena ia tidak berada di tempat saat
permasalahan berlangsung. Rusli mencoba bertanya sedikit demi sedikit, keluhan
pun keluar satu persatu dari mulut mahasiswa, bahkan salah satu dosen yang
berasal dari Universitas Malikul Salhe (UNIMAL) juga ikut melontarkan penyataan
tidak setuju dengan hasil penilaian yang dibacakan panitia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar