Selasa, 01 November 2011

First Love


Seperti bermula dari awal. Rasa itu hinggap kembali. Begitu susah untuk dipahami, tapi itu nyata. Ku bukan lah remaja yang masih berumur 17 tahun. Sekarang, aku adalah wanita dewasa yang mencoba untuk memahami rasa yang sembilan tahun telah ku pendam. Rasa yang alami, datang tanpa di undang dan tak ingin pergi begitu saja.

25 Oktober 2011, waktu itu lah aku bertatap mata dengannya setelah sekian tahun tak kelihatan wujudnya. Dia masih bersinar. Perhatian. Manis. Lembut. Bersih. Memikat siapa saja yang melihatnya. Aku tak berani menatapnya. Pipiku tiba-tiba saja bak cabe merah yang siap untuk di panen. Aku benar-benar salah tingkah. Rasa itu tak kunjung reda, masih seperti pertama kali aku melihatnya, dulu.

Tak pernah sekalipun ku mengungkapkan perasaan suci ini. Sembilan tahun bukanlah waktu yang singkat. Walau ada banyak kumbang, tapi hatiku tak bisa berbohong, hanya dia yang ada dalam hatiku. Tak ada yang bisa mengantikan posisinya.

Dua tahun tiga bulan bersama kumbang lain, tapi tak kunjung membuat hatiku bahagia. Hanya ia yang mampu membuatku bak patung tanpa mulut. Rasa itu terus menghantuiku, hingga aku jatuh tak berdaya. Penantian tak lagi menjadi alasan. Dia tak akan pernah tau ada cinta dibalik tatapan mataku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar